Periksalah Jejaring Sosial Anak Kita

Awasi Sebelum Terlambat!
Apa kabar pembaca Riefsazers dimana saja sobat berada, semoga sehat dan selalu online . Orang tua yang perhatian kepada keluarganya bukan hanya mengawasi keadaan putra dan putrinya dilingkungan dunia nyata tapi harus memperhatikan aktifitas mereka di dunia maya.  Artikel dibawah ini masih berhubungan dengan artikel sebelumnya yang berjudul Ketika Aurat Sudah Menjadi Konsumsi Publik, saya sarankan untuk membaca artikel tersebut setelah selesai membaca artikel dibawah ini : 

Sebagai orang tua, kadang kita tenggelam dalam kesibukan bekerja dan berumah tangga. Sepertinya itu adalah alasan paling logis yang banyak diutarakan oleh orang tua. Atau mungkin hanya sekedar modus untuk mengalahkan pendapat yang menyudutkan kita tentang penyalahan atas kealfaan anak-anak kita.

Namun sebenarnya mau tidak mau, sebutan orang tua mengharuskan kita untuk menjadi seorang pengayom, walaupun banyak dari kita yang memang tidak siap untuk mengayomi. Sebutan orang tua mewajibkan kita untuk menjadi teladan bagi anak- anak kita yang memang butuh seorang figur teladan. 

Lihatlah, dunia modern anak-anak kita kini telah banyak tertambat pada sesosok Jejaring Sosial kesayangannya. Jangan merasa damai dulu ketika anak kita terlihat alim dirumah, atau betah berdiam diri di dalam kamar. Siapa tahu mereka sedang asyik berchatting ria.

Maka inilah yang wajib diketahui oleh para orang tua sekarang. Ternyata banyak hal yang bisa menggeser kedudukan orang tua sebagai sahabat, sekaligus pendidik bagi anak-anak mereka. Karena itulah, orang tua harus banyak menyediakan waktu, dan siap- siap untuk terkejut ketika mereka mengecek Akun jejaring sosial anak- anak kita. 

Lihatlah bagaimana cara mereka berpikir, lihatlah siapa idola mereka, dan apa kesukaan mereka. Semua tertuang jelas dalam Jejaring Sosial mereka. Lihatlah bahwa mereka banyak menyukai yang justru mereka benci. Mereka mengakrabi hal-hal yang justru terlarang. semua tergambar jelas dalam Jejaring Sosial mereka. Anak- anak kini lebih suka menggandeng tangan temannya untuk berbagi dari pada memeluk ayah ibunya saat ingin berkeluh kesah. Anak- anak juga lebih asyik berkoar di Jejaring Sosial tentang uneg- uneg mereka, dari pada membicarakannya dengan orang tua. Maka sempatkanlah sejenak untuk menengok catatan yang ada dalam Jejaring Sosial anak- anak kita. 

Ayah bunda, ternyata anak- anak kita telah dewasa. Atau mungkin mereka belum dewasa, tapi dipaksa untuk dewasa karena disuguhi sederet pola pikir dan lingkungan yang mengkarbit mereka untuk menjadi dewasa. Sekolah mereka pun kini hanya banyak menyentuh fisik mereka tetapi bukan jiwanya. Bukan berarti kurikulum itu gagal total, namun pengaruh lingkungan mereka lebih kuat. Dan tontonan TV mereka dirasa lebih menyenangkan.

Konsep itu melekat kuat dalam pikiran mereka, menyita seluruh waktu dan hati mereka. Lalu lihatlah betapa banyak anak- anak yang disekolah berjilbab dan berpakaian rapi, namun ketika mereka pulang, pakaian semacam rok minipun masih mereka kenakan. Mereka bisa menjerit histeris ketika bercerita tentang Justin bieber dan Artis Korea.  Anak- anak manis kita itu bahkan tidak sungkan berbagi cerita dengan banyak orang tentang pacar-pacar mereka, dan bahkan tidak malu mengucapkan kata- kata manis untuk seseorang yang bukan mahramnya.

Lalu bagaimana dengan kita? masihkah kita hanya menjadi penonton tingkah laku mereka ini? haruskan kita menyerah dengan kualitas penerus kita yang seperti ini?. Inilah PR besar buat kita, dan bukan setumpuk pekerjaan yang menanti di kantor. Inilah sejatinya tanggung jawab kita yang seharusnya terselesaikan pertama kali, dari pada sepaket ego pribadi kita.  Semoga semua ini menjadi pengingat bagi kita semua, terutama bagi kita mungkin lupa untuk berorientasi kepada keluarga sebagai yang pertama.(voa-islam.com)
                                                                                                                                                                        
Data Komnas PA sepanjang 2012 melaporkan, sebanyak 129 kasus remaja perempuan yang hilang atau tidak pulang ke rumah dalam waktu yang lama. Dari data tersebut, 27 di antaranya merupakan korban kejahatan dari perkenalan lewat jejaring sosial.

Beberapa tips aman berinternet untuk anak :
  • Tempatkan Komputer diruang yang mudah terpantau
  • Dampingi dan batasi anak berinternet
  • Ajari anak perilaku internet yang baik
  • Aktiflah dengan berinterkasi langsung di Jejaring Sosial mereka
  • Pasang pengaman, agar anak tidak mengakses situs yang tidak layak
  • Berikan anak Handphone yang tidak ada fasilitas internetnya. 
Semoga Bermanfaat.

1 komentar:

Silahkan sobat tinggalkan jejak di bawah ini...NO.SPAM
Dengan Memberikan Komentar Secara Otomatis akan Mendapatkan Pagerank, Traffic dan Backlink.